Terimakasih Atas Kunjungannya, Kritik dan Saran Ditunggu. Terus Junjung Tinggi Nasionalisme Pemuda Indonesia

Translate

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

2 Mar 2012

Lingkungan Sehat Butuh Bank Sampah

Berbicara mengenai lingkungan hal yang sering muncul adalah persoalan sampah. Manusia hidup membutuhkan makanan, sisa dari makanan yang dikonsumsi manusia sering menjadi sampah. Itu baru samaph yang berasal dari sisa makanan. Lalu bagaimanakah dengan sampah yang berasal dari pembungkus makanan tersebut? Bagaimanakah dengan sampah yang berasal dari kemasan produk-produk yang sering dibuang tidak pada tempatnya oleh kebanyakan orang? Menjadi seberapa besarkah tumpukan sampah-sampah tersebut jika dikumpulkan? Lalu bagaimanakah pengelolaan sampah-sampah tersebut? ‘Lalu bagaimana’ dan ‘lalu bagaimana’, . . . . . . . . . masih banyak pertanyaan mengenai persoalan sampah!Ditulis oleh: Joko Sukamto (Ka


ndidat Wakil Provinsi DI. Yogyakarta)

Yogyakarta kota pariwisata, kota pelajar, kota pendidikan, kota budaya, begitulah orang menjulukinya. Namun, dibalik semua julukan mempesona itu ada sisi lain di sudut-sudut kota Yogyakarta bahkan di kab/kota se-DIY yang telah menjadi pandangan tak sedap. Yah! benar, tumpukan sampah masih ditemukan di beberapa titik di Yogyakarta. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan saja. Seringkali TPA yang berada dipinggir jalan menjadi aroma tidak sedap dihirup hidung. Kondisi ini telah lama terjadi dan hingga sekarang belum ada tindakan untuk mengatasinya. Justru terkesan hanya didiamkan saja.
Baru-baru ini Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta, Suparlan mengatakan tiap tahun Yogyakarta menghasilkan sampah 80 hingga 90 ton per tahun ke TPA Piyungan, Bantul, DIY (sumber: http://jogja.tribunnews.com). Belum ditambah TPA yang berada di tempat lain. Betapa banyaknya sampah-sampah yang mengancam lingkungan DIY, khususnya lingkungan yang padat penduduk ini.
Menanggapi persoalan sampah, kebijakan pemerintah Yogyakarta masih terlihat sporadis. Misalnya kebijakan relokasi TPA yang tidak bisa menjadi sebuah solusi pencemaran lingkungan. Memperindah satu sudut kota dan mencemari sudut lain.
Saatnya pemerintah Yogyakarta menggalakkan sistem bank sampah. Bank sampah merupakan sistem daur ulang sampah menjadi produk barang yang memiliki nilai lebih dibandingkan nilai sebelumnya yaitu sampah. Bank sampah dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok. Pemasok barang atau sampah berupa plastik, kertas dan sampah lainnya yang bisa didaur ulang mendapatkan insentif dari hasil penjualan sampah yang telah didaur ulang. Pemasok biasanya lebih dominan dilakukan oleh basis rumah tangga. Sistem bank sampah memberikan banyak nilai ‘plus’ pada masyarakat dari segi perekonomian, kreatifitas, kesehatan, dan lain sebagainya.
Salah satu penerapan bank sampah yang telah dilakukan beberapa kelompok rumah tangga adalah produk tas dari plastik bekas yang diolah oleh ibu-ibu di komunitas Balai Anak Ceria Sudagaran. Plastik bekas (kebanyakan di tempat lain menjadi sampah) dikumpulkan oleh masing-masing keluarga yang dilakukan oleh anak-anak dan ibu-ibu. Setelah plastik terkumpul dimasing-masing keluarga kemudian dikumpulkan kembali di balai anak. Di balai anak itulah para anak-anak dan ibu-ibu berkumpul dan berkreatifitas membuat berbagai macam tas. Produksi tas yang telah dihasilkan kemudian dijual ke agen penjualan tas di beberapa pasar. Hasil penjualan tas menjadi uang simpanan komunitas Balai Anak Ceria Sudagaran yang terletak di Kampung Sudagaranm, Yogyakarta.
Melihat kondisi dan fakta diatas saya sebagai kandidat Parlemen Muda Indonesia mewakili Yogyakarta selalu optimis jika bank sampah diterapkan dibanyak komunitas maka akan menjadi solusi persoalan sampah di DIY. Saat ini dengan pergerakan di hampir 76 komunitas anak di seluruh Jateng & DIY yang saya lakukan dengan berbagai lembaga mengajak komunitas-komunitas tersebut untuk lebih peduli dengan lingkungan demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Menggandeng pemerintah untuk bersama mengajak masyarakat peduli lingkungan khususnya sampah adalah hal yang mutlak dilakukan. Sidang Paripurna Anak DIY yang dilaksanakan di gedung DPRD Propinsi DIY bulan Juni lalu juga mengangkat persoalan sampah. salah satu hasil sidang tersebut diimplementasikan oleh masing-masing Forum Anak se-DIY menjadi bagian dari program kab/kota layak anak di DIY.

1 komentar:

  1. Salsa, maaf tadi akun fb kamu aku buat percobaan cara unblok teman yang sudah terblokir, tapi berhasil kok, tapi pas aku add kamu lagi jadi teman, katanya teman sudah penuh gitu :(, coba deh kamu yang add. :)

    BalasHapus